MENCARI SEBUAH MAKNA

Dari Sawo, Pras mengenal laku kehidupan tanggung jawab dan keikhlasan

MENCARI SEBUAH MAKNA

Mencari Sebuah Makna

Base on true story…

Seorang remaja pada saat itu sedang menimba ilmu di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan swasta yang cukup terkenal di sebuah kota industri juga sering orang menjulukinya sebagai “Kota wali” di Jawa Timur. Iya, kota itu bernama Tuban. Disana berdiri sebuah pondok pesantren tua yang sudah berusia 300-an tahun saat itu. Dimana si remaja tersebut pernah “nyantri” untuk beberapa saat. Pondok pesantren yang bernama Ash-Shomadiyyah, diambil dari nama pendirinya yaitu Syeh Shomadiyyah, yang merupakan kakek dari Gus Maksum dan Gus Mik yang cukup tersohor yang juga merupakan pendiri dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

Kembali kepada cerita si remaja tadi yang bernama Pras. Pras adalah seorang siswa yang sebenarnya cukup pandai di kelasnya. Bahkan saat itu Pras menjadi ketua kelas sekaligus ketua OSIS di sekolah itu. Dia memang agak mencolok dibanding teman - teman lainnya. Beberapa penghargaan akademik dan non akademik dia dapatkan. Namun kisah itu akan berbalik arah masuk kedalam zona gelap kemudian.

Di awal tahun 1999, Pras sebenarnya masih tinggal di rumah kos bersama saudaranya. Namun sepertinya Pras ini menyembunyikan sesuatu yang tak ingin saudaranya tahu, yaitu kebiasaannya begadang dan suka main bilyard.

“Bukan remaja kalau tidak suka hal baru atau mencari pengalaman baru”, katanya.

Banyaknya aktivitas sosial secara otomatis mempertemukan Pras dengan berbagai komunitas dan pergaulan baru. Dengan dalih ingin mencari suasana baru sekaligus “ngaji”, Pras mengatakan kepada saudaranya seraya berpamitan untuk pindah ke Pondok. Tanpa menaruh sedikitpun curiga saudaranya mengijinkan dengan iringan do’a. “Mantab”, gumam Pras dalam hati. Di benaknya hanya muncul kelegaan akhirnya bebas dari pantauan, karena Pras mendapatkan informasi bahwa di Ponpes nantinya akan lebih mudah menyalurkan hobbynya begadang dan keluar malam.

Singkat cerita Pras akhirnya diterima di Pondok tersebut sebagai seorang santri. Namun ternyata suasana dan aturan Pondok belum mampu mengikat Pras menjadi pribadi yang baik. Bahkan semakin lama kecenderungannya semakin menunjukkan sikap negatif. Mulai tidak melaksanakan sholat jamaah, tidak mengikuti kelas diniyyah, minum alkohol, dan menyelinap keluar pondok malam untuk bilyard sampai pagi. Yang kemudian adalah dia mengalami kesulitan ekonomi sekaligus penurunan angka kehadiran di sekolah bahkan sekolah men-skorsnya selama satu bulan.

Puncaknya suatu malam, Pras merasa sangat lapar tapi tak sedikitpun uang yang dia miliki. Mondar - mandir tak nampak solusi yang dia dapat. Nampak sebuah pohon belimbing yang cukup besar di halaman pondok, saat itu sedang berbuah sangat lebat. Muncul niat buruk Pras yang kemudian membawa sarung untuk memetik buahnya. Tak hanya satu, mungkin puluhan yang dia ambil. “Jikalau tidak habis kumakan sisanya akan aku jual”, pikirnya. Belum sempat semua terjadi ada seseorang yang memergoki kelakuan Pras. Sontak orang itu meneriaki Pras dan menyuruhnya segera turun dari pohon. Keesokan harinya Pras diundang mengikuti sidang disiplin di sekretariat pondok. Wal hasil keputusan pengurus pondok berdasar banyaknya catatan kesalahan yang Pras lakukan, maka ia akan dikeluarkan dari pondok. Walaupun dengan berat hati Pras pun menerima Keputusan itu. Raut wajah penuh penyesalan tergambar, sekalipun dia orang yang saat ini banyak berbuat maksiat, tapi hati kecilnya masih ada sedikit kesadaran. 

Di hari yang sama Pras berpamitan kepada teman - teman serta jajaran pengurus pondok seraya mengucapkan permohonan maaf. Terakhir Pras menemui pengasuh pondok untuk berpamitan, betapa terkejutnya dia atas tanggapan dari Simbah (nenek) Nyai Rom yang dawuh (memberikan perintah) hukumannya akan diubah. Bahwa, sebagai hukumannya adalah Pras harus nderek simbah di “ Ndalem” (rumah kyai) untuk khidmat, membantu beliau mengurus kebun. Kebetulan ada sebidang tanah kosong berada di area pondok yang didalamnya ditanami beraneka buah - buahan. Dawuh itu tidak mampu ditolaknya.

Sebenarnya banyak sekali kejadian di luar nalar Pras selama nderek simbah di ndalem. Suatu hari simbah memberikan perintah kepada Pras untuk memetik buah sawo yang sudah siap dipanen. “Nggih mbah”, jawab Pras. Segera dia memanjat pohon dan membawa semacam galah untuk membantunya menjangkau buah - buah yang ada di ujung dahan. Setelah beberapa saat dia dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Kemudian diambilnya keranjang untuk menampung buah yang sudah dipanen, kemudian dia bawa ke dalam gudang yang berada dekat dengan kebun itu. Sore itu simbah menanyakan apakah tugas itu sudah selesai dia lakukan, sekaligus menanyakan apakah sudah di beram. “Sampun mbah”, jawab dia. Tiga hari sudah berlalu, simbah kembali menanyakan apakah buah sawo yang Pras beram sudah masak. Pras bergegas masuk kegudang untuk melihat, sungguh dibuat terkaget, ternyata buah sawo yang dia simpan masih keras, sekalipun ada yang lunak itu pun karena busuk. Lantas dia menemui simbah dan menceritakan apa yang ia lihat. Kemudian mereka berdua berjalan bersama ke gudang untuk melihatnya. Sesampainya disana simbah hanya tersenyum kecil kemudian beliau mengambil ember dan mengisinya dengan air bersih. Lantas beliau memanggil Pras untuk mendekat. Dengan bahasa yang sangat halus simbah mengatakan,

“Pras sawonya sampeyan cuci sambil di gosok dengan kertas bekas bungkus semen untuk menghilangkan kulit yang kasar, setelah itu sebelum disimpan dikeranjang buahnya kamu keringkan dengan kain bekas, baru jika semua sudah selesai kamu tutupi dengan kain ini !”

”Nggih mbah”, jawab Pras.

Semalam telah berlalu, seperti hari - hari yang sudah terlewati Pras mengikuti simbah ke kebun. Sesampainya di sana simbah dawuh untuk Pras agar melihat buah sawo yang kemarin ia beram. “Subhanallah”, ucap Pras, dengan tergesa menemui simbah untuk menyampaikan apa yang ia lihat bahwa semua buah sawo sudah masak. Sembari tersenyum simbah berkata, 

“Iya cung, iku koyo prosese urip ora ono kang sak deg sak nyek” (Iya nak, itu seperti dalam kehidupan tidak ada sesuatu yang didapatkan secara instan semua harus melewati proses). Pras hanya terdiam sambil memikirkan apa yang simbah sampaikan.

Cerita lain yang Pras sampaikan, suatu siang simbah mengajak Pras untuk makan di ndalem. Saat itu dengan senang hati menyambut ajakan simbah. Dia ambil piring kemudian dia centong nasi yang ada di bakul. Matanya tertuju pada sebuah masakan yang ada dalam mangkuk yang baru saja simbah masak. Ada kebingungan yang melanda, kegundahan itu menjadi - jadi ketika melihat sayuran yang ada di hadapannya adalah lodeh terong hijau. Maklum, sejak kecil memang Pras tidak mau makan terong. Lebih tersiksanya lagi simbah yang mengambilkan sayur itu dan menuangkan sayuran itu ke piring Pras sambil berkata, 

“Laki – laki harus banyak makan sayur biar awet muda dan sehat”. 

Tanpa sedikitpun kata, hanya rasa bingung yang berkecamuk dalam benaknya sambil mengambil sepotong tempe goreng dan sesendok sambel, kemudian ia duduk di lantai. Butuh waktu sejenak ia berfikir apakah ia akan memakan terong yang selama ini ia hindari ataukah ia makan karena rasa tak enak hati. Dengan penuh keraguan ia masukkan suapan nasi dan terong kedalam mulut. Kejutan dirasakan Pras saat itu, terong yang selama ini ia hindari untuk dimakan ternyata terasa sangat nikmat. Lebih terkejutnya lagi Ketika ia mendengar simbah berkata, “kadang sik ra mbok senengi iku apik kanggo awakmu” (terkadang seuatu yang tidak kamu sukai itu yang baik untukmu). Kenangan itu dia ceritakan sambil matanya berkaca - kaca penuh haru dan kata - kata yang terbata - bata, sesekali dia menghela nafas panjang sembari beristiqfar teringat betapa bermaksiat dirinya untuknya, keluarga, dan kepada Tuhan.

Sebuah cerita sederhana yang bermakna. Ada pelajaran yang dapat kita dapatkan diantaranya adalah membiasakan diri dengan maksiat maka di manapun kita berada akan mendatangkan konsekuensi, hasil tidak pernah menghianati proses dimana kesabaran dan ketelatenan memiliki andil besar terhadap hasil, jangan pernah mencibir manusia yang sementra ini sedang bermaksiat karena semua orang memiliki potensi sama untuk mendapatkan ridhoNya.

Ajakan saya kepada kita semua agar kita memohon kepada Tuhan YME, agar selalu memelihara hati kita. Karena sesungguhnya Ia-lah yang berkuasa membolak - balikkan hati. Senantiasa tebarkan kebaikan sekecil apapun sekarang, karena sungguh kita tidak tahu kebaikan mana yang membuat Tuhan memberikan pengampunan (Gus Baha). (mo)

Oleh : Bang Soerya

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0