PUTRA PANDAWA COLLABORATOR JUSTICE
Misteri.
PUTRA PANDAWA COLLABORATOR-JUSTICE
Oleh : Mbah Atmo Kulonkali
Geger dunia pewayangan, Gatotkaca sang putra Pandawa meninggal dunia dengan luka di dadanya. Bukankah Gatotkaca wayang sakti mahambara, otot kawat tulang besi, hujan tak kuhujanan, panas tak kepanasan, bisa terbang tinggi diantara awan dan mampu menukik tajam sambil menghamburkan misil ajian bak pesawat supersonik F-16. Siapa gerangan yang membunuh sang putra Pandawa ini? Lebih mengejutkan lagi bekas luka di dada sang ksatria Pringgondani adalah akibat koyakan senjata Cakra. Para wayang tahu pasti siapa pemilik senjata Cakra, adalah Kresna penasihat Pandawa. Menelisik lebih dalam mengenai kasus ini bahwa siapapun bisa dituduh sebagai pelaku. Akan tetapi memahami siapa dan apa motifnya tindak pidana ini perlu konstruksi berfikir yang realistis.
"Tidak mungkin Jlitheng kakakku pembunuh Gatot" gumam Werkudara. Meskipun bukti telah jelas bahwa senjata Cakra yang menembus dada sebagai penyebab kematian Gatot. Namun Werkudara dan juga wayang lainnya gagal mengkonstruksikan nalar bahwa Kresna membunuh Gatotkaca. Misteri.
Belum hilang kegaduhan atas gugurnya Gatotkaca, disusul dengan berita meninggalnya Abimanyu putra Pandawa Arjuna. Sama halnya Gatot, meninggalnya Abi juga terkena senjata Cakra. Hanya saja berbeda dengan luka Gatot, koyakan luka senjata Cakra terdapat di bagian punggung Abi. Nampak bahwa penyerangan kepada Abi dilakukan dengan cara yang culas, membokong tidak secara berhadap-hadapan. Lagi-lagi senjata Cakra penyebabnya. Dengan luka dipunggung Abi maka teori konspirasi pembunuhan dilakukan oleh Kresna semakin tidak masuk akal, Kresna bukanlah wayang seperti itu.
"Sinuwun Prabu sebagai titisan pikulun Dewa Wisnu tidak mungkin melakukan itu. Apalagi melakukan kepada Abimanyu yang keponakannya sendiri" gumam Arjuna ayah Abi penuh kepercayaan. Namun bukti kuat alat pembunuh Wisang berupa senjata Cakra sulit dilepaskan dari sosok wayang Kresna. Misteri.
Menjelang tengah hari, Pandawa geger kembali. Wisanggeni pun meninggal tanpa diketahui penyebabnya. Namun beberapa bagian tubuh terlihat memar mungkin meninggal karena dikeroyok dan dihajar dengan benda tumpul. Nampaknya pembunuhan Wisang diseting agar tidak berbekas. Tujuannya adalah menghilangkan jejak agar tidak terlacak siapa pembunuhnya, atau sekedar untuk memunculkan spekulasi yang lebih liar. Misteri.
Semakin mengherankan adalah, Gatotkaca, Abimanyu dan Wisanggeni selama hampir 10 tahun sebelum meninggal bisu seolah pita suaranya dicabut dari kerongkongannya. Tentu bukan karena tapa mbisu, sebab bisa bicara dengan kosa kata yang terbatas, seolah ada yang disembunyikan dibalik kelu lidahnya. Maka atas perilaku ini kemudian berkembang isu tak sedap yang dituduhkan kepada mereka. Tuduhan penyalahgunaan kewenangan, tuduhan yang cukup serius. Sebenarnya tuduhan apa persisnya? Misteri.
Para wayang Kurawa gegap gempita demi mendengar Gatot, Abi dan Wisang tewas sebelum Bharatayudha dimulai. Sebab dikhawatirkan ketiga anak Pandawa itu menjadi senapati pilih tanding dalam Bharatayudha. Lebih-lebih tersiar kabar bahwa kematian ketiga wayang anak Pandawa itu dipenuhi spekulasi yang mengarah Kresna sebagai pembunuhnya. Sasaran empuk bagi buzer Kurawa untuk meniupkan isu panas.
"Pandawa dengan Kresna pecah kongsi", "Kresna pengkhianat", "Ayo Pandawa, jangan takut kuwalat melawan Kresna", "Pembunuhan didalangi Kresna, Pandawa diam saja" demikian cuitan terorkestrasi senada para buzer Kurawa di platform media sosial pewayangan. Menghakimi dan provokatif.
Adalah Semar Badranaya lurah Desa Karangkedempel dipanggil menghadap Pandawa. Semar adalah penjelmaan bethara Ismaya putra Sang Hyang Tunggal, kesaktianya tiada tanding meskipun begitu kerendahan hatinya tanpan lawan. Semar cukup menjadi jelata saja, jabatan lurah di Desa Karangkedempel yang disandangnya adalah jabatan terendah di dunia pewayangan. Sebagai lurah di wilayah teritori kekuasaan Pandawa maka secara otomatis Semar menjadi kawulanya Pandawa. Untuk itu panggilaan dari Pandawa sesegera dipenuhinya.
"Siap menerima perintah, ndoro" kata Semar dengan penuh takzim.
"Kakang Semar, Pandawa mengalami pancakara. Gatotkaca, Abimanyu dan Wisanggeni meninggal dunia. Namun ada kejanggalan. Selain mereka tewas secara beruntun juga siapa yang membunuhnya tidak diketahui dengan pasti" kata Prabu Puntadewa sambil menunjukan ketiga jenazah wayang kepada Semar.
"Hhhmp... Blegudeg ugeg ugeg mbel mbel mbel... " kata Semar, lalu melanjutkan "benar, kematiannya tidaklah wajar, Ndoro Gatotkaca dan Ndoro Abimanyu terkena senjata Cakra milik Prabu Kresna sedangkan Ndoro Wisanggeni terkena gada Wesi Kuning milik Ndoro Sentjaki keponakan Ndoro Kresna. Namun bisa saya pastikan bahwa bukan Ndoro Kresna dan Ndoro Sentjaki yang melakukannya".
"Lalu siapa, kakang?" tanya Werkudara tidak sabar.
"Ampun ndoro, saya tidak tahu. Tapi saya akan menghidupkan kembali ketiganya agar bisa ditanya dan dipastikan siapa yang membunuh mereka".
Dengan ajian yang dimiliki oleh Semar maka ketiga wayang itu hidup kembali, bahkan bekas luka yang mereka derita hilang tanpa bekas.
"Siapa yang membunuhmu, ngger. Menyanyilah yang merdu?" Puntadewa berujar penuh harap.
"Gunturwiseso, tapi suruhan pikulun Bethara Guru" kata Gatotkaca.
"Bledegtarung, tapi suruhan pikulun Bethara Guru" kata Abimanyu.
"Saya dikeroyok para prajurit, katanya atas perintah pikulun Bethara Manikmaya alias Bethara Guru" kata Wisanggeni.
Setelah itu Gatotkaca, Abimanyu dan Wisanggeni tak sadarkan diri, pingsan.
Namun dari ketiga jawaban dari ketiga mulut wayang tersebut dapat dikatakan bahwa pembuat pancakara Pandawa mengarah satu nama. Dengan begitu Pandawa mengambil kesimpulan sementara siapa sebenarnya yang membuat kegaduhan, namun beranikah mereka melawan Betara Guru? Hanya Semar yang bisa diharapkan dapat memberi pelajaran kepada Betara Guru, namun Semar masih duduk termangu.
(Sampai cerita ini ditulis belum ada kejelasan tindakan Pandawa dan Semar terhadap Bethara Guru, meskipun nama Bethara Guru disebut dengan gamblang dalam ketiga kasus ini).
What's Your Reaction?